
Kematian Chester Bennington nyatanya menggoreskan luka yang amat dalam bagi semua fans mereka di seluruh dunia. Tanpa terkecuali saya, meski saya bukan golongan fans sejati yang gemar mengkoleksi CD original mereka. Tetapi Linkin Park merupakan band yang membuat saya terpikat untuk terus mengikuti setiap karyanya.
Lewat cara yang cukup tragis yakni menggantung diri sendiri pada tanggal 20 Juli 2017 lalu, sang Frontman kelahiran tahun 1976 itu harus meninggalkan dunia pada umur 41 tahun. Selepas kepergiannya yang tak terduga tersebut, beragam media pun turut menyoroti seluk beluk kehidupannya, dari latar belakang masa lalunya yang cukup pedih sebagai korban bully dan pelecehan seksual, hingga mengulas kembali karyanya bersama Linkin Park. Tak hanya di situ saja, penjualan album Linkin park pun turut mengalami kenaikan jika dibandingkan sebelumnya. Hal ini cukup miris, apakah di era kini karya bagus yang diciptakan oleh musisi terkadang hanya bisa sukses secara penjualan jika musisi tersebut sudah tiada.
Bersama linkin park, Chester telah mengeluarkan beragam karya yang tak hanya bisa dinikmati tetapi juga diresapi. Karya-karyanya dengan jelas menyuarakan perasaan seseorang ketika ditempatkan di ragam situasi yang sulit. Terlebih lagu-lagu di album One More Light yang kini kita semua tahu, kebanyakan adalah bentuk curahan hati seorang Chazy Chaz di dalam menjalani masa-masa sulitnya belakangan ini.
Namun, saya tak akan membahas lebih jauh tentang kepergian sang vokalis penggila tato tersebut. Bunuh diri adalah sebuah akhir yang telah dia pilih. Kita tak berhak menghakiminya. Cukup ambil hikmah dan pelajarannya saja, bahwa gemerlap duniawi tak selalu memberikan kita kebahagiaan yang hakiki. Di sisi lain, seberat apapun permasalahan yang kita hadapi, semua takkan melebihi kemampuan kita. Segeralah cari bantuan jika memang kita merasa tak sanggup lagi. Sebagai makhluk sosial, pasti masih ada orang-orang baik yang bisa menjadi pendengar dan bersedia memberi kita bantuan.
Selamat Jalan Chester Bennington..Istirahatlah Dalam Damai
Selanjutnya, sedikit mengorek masa lalu saya bersama Linkin Park dan bagaimana mereka membuka telinga saya terhadap musik-musik barat. Awal perkenalan saya dengan band asal Agoura Hills, California tersebut bisa dibilang sedikit telat. Bukan di era album Hybrid Theory ataupun Meteora yang menjadi simbol kesuksesan mereka sebagai band Nu-Metal. Saya mengenal mereka justru lewat single What I’ve Done dari album Minutes To Midnight yang dirilis pada tahun 2007 lalu. Kala itu potongan video klipnya hampir muncul setiap hari di salah satu stasiun TV swasta, sebut saja ANTV.
Sebelum menjelma sebagai TV yang gemar mengimpor drama asing seperti sekarang ini. Channel yang sekarang berada di bawah naungan VIVA Grup ini, dulu cukup aktif menampilkan potongan video klip musisi internasional di sela-sela iklannya. Dan yang paling membekas adalah video milik Linkin Park ini. Dengan menampilkan ragam footage yang menyoroti permasalahan sosial dari bencana alam, kerusuhan, hingga perang, sulit rasanya melupakan video yang disutradai oleh Joe Hahn ini. Namun karena keterbatasan bahasa inggris dan selera musik saya yang masih terjebak di musik pop cinta-cintaan kala itu. Lagu ini pun hanya melintas sejenak di kepala dan berlalu begitu saja.
Di sekitar tahun 2008, saya mempunyai telepon genggam yang dipegang saya sendiri setelah sebelumnya menggunakan bersama ibu. Ponsel tersebut adalah Nokia 6080. Dengan spek seadanya, ponsel ini hanya dibekali memori internal sekitar 2.5 MB saja. Yang mana hanya cukup untuk menyimpan file lagu berformat mp3 kurang lebih 2 buah. Itupun dengan kualitas audio yang terendah.
Suatu pagi, salah satu teman saya berkunjung ke rumah dan digenggamnya ponsel merk Sony Ericsonn tipe K310i. Dengan bentuk yang begitu elegan nan futuristik ditambah desain interface nya yang segar pada masa itu. Saya pun tertarik untuk mengubek-ubeknya. Selain keunggulan desain, ponsel ini juga memiliki keunggulan lain, yakni memori yang lega sekitar 20 MB. Lumayan jika untuk menyimpan puluhan lagu. Setelah beragam menu saya coba, tiba saatnya saya menguji performa ponsel ini dalam multimedianya.
Langsung saya buka pemutar musik, beberapa lagu dangdut pun muncul menyapa. Namun saya tak tertarik untuk memutarnya satu persatu, akhirnya saya terus menggulirkan trackpad dengan harapan menemukan lagu pop. Ternyata hasilnya nihil, tetapi saya terfokus pada dua lagu berjudul bahasa Inggris yakni Numb, dan What I’ve Done hingga berinisiatif untuk memutarnya. Ketika What I’ve Done dimainkan, saya seketika teringat dengan salah satu video klip yang sering diputar oleh ANTV sebelumnya. Mendengarnya secara penuh, saya mulai menikmati musiknya, terlebih iringan piano di bagian awal dan akhir. Susunan nadanya begitu mudah diingat oleh telinga.
Setelah lagu tersebut usai diputar, selanjutnya saya mencoba memutar lagu lainya, yakni numb. Tak perlu berlama-lama hingga lagu selesai. Dari bagian intro hingga reff saya mulai terhipnotis untuk menikmatinya. Tempo lagu yang cepat dan padat, serta nada yang terkesan repetitif membuat saya terhanyut, tanpa peduli jika lagu ini disajikan dengan musik dan vokal yang cukup berisik. Tanpa berfikir panjang, lagu berjudul numb tersebut saya kirimkan ke ponsel saya lewat sambungan inframerah. Kala itu tak semua device memiliki koneksi bluetooth.
Ketika sudah tersimpan di ponsel saya, hampir setiaap saat sepulang sekolah saya rajin mendengarkannya. Rasanya sulit untuk bosan meski dijejali lagu tersebut dari siang hingga malam. Namun semakin sering saya memutarnya, rasa penasaran saya mulai tumbuh. Sebenarnya lagu yang sering saya putar ini mengisahkan tentang apa. Karena pada saat saya membuka kamus, kata numb sendiri memiliki makna “mati rasa”.
Karena tak ingin terus dihinggapi rasa penasaran, saya pun langsung berkunjung ke mesin pencari google lewat koneksi internet di ponsel saya. Saya coba mengetikkan lirik linkin park numb, dan banyak link yang muncul, tetapi yang berada di urutan pertama lah yang saya klik, kemudian bait demi bait saya tulis di buku tulis saya. Mengingat tak ada opsi simpan halaman secara offline di browser bawaan ponsel saya, maka sayapun harus menulisnya dengan cepat sebelum pulsa saya habis.
Hampir dua lembar kertas sudah saya penuhi dengan goresan lirik lagu tersebut. Selanjutnya, saya mengambil kamus bahasa Inggris untuk menerjemahkan kata demi kata. Namun bukan kejelasan makna, justru kebingungan yang saya dapati. Menerjemahkan lirik lagu ternyata tak semudah yang saya pikir. Tak seperti sekarang, dimana blog-blog penerjemah lagu banyak bertebaran dari blog yang dikelola pribadi hingga profesional. Dulu harus menerjemahkan sendiri, jika punya kemampuan bahasa inggris yang cukup baik mungkin itu hal yang mudah. Namun bagi saya yang kemampuan nya (pada saat itu,sekarang juga sih) terbatas, maka akan menemukan kesulitan.
Meski tak sepenuhnya memahami maknanya, tapi numb justru menambah rasa ingin tahu saya terhadap karya-karya Linkin Park yang lain. Di waktu luang saya sempatkan mendengarkan radio dengan harapan menemukan lagu linkin park selain dua yang saya sebutkan diatas. Ragam program musik saya ikuti, terutama yang khusus memutarkan lagu-lagu barat. Bahkan lagu yang memutarkan khusus musik rock pun setia saya dengarkan. Semakin rutin mendengarkan, saya pun mulai tertarik mendengarkan lagu-lagu internasional berbahasa Inggris. Meski kesulitan menangkap makna lagunya. Namun, Lewat acara tersebut saya juga mendapat referensi lagu yang bagus baik milik Linkin Park atau penyanyi dan band lain.
Selang beberapa bulan, saya punya kesempatan untuk mendapat ponsel dengan spek yang lumayan yakni Sony Ericsson K700i. Dengan penyimpanan yang cukup lega,41 MB. Saya pun mencoba mendownload beberapa lagu milik Linkin Park yang saya ketahui dari acara radio, antara lain Crawling dan Shadow Of The Day. Masih teringat, saya banyak mendownload lagu-lagu mereka di situs Waptrick.com, yang dulu merupakan situs download konten sejuta umat. Secara acak saya juga mengunduh lagu lain yang dibawakan linkin park tanpa mendengar kan dahulu sebelumnya. Namun di luar dugaan, lagu-lagu tersebut sangat saya sukai meski baru pertama kali mendegarnya. Musik yang disuguhkan oleh mereka memang terbilang earcatching.
Beberapa tahun berlalu, kala itu saya sudah beranjak ke bangku SMA. Di bangku ini kemampuan bahasa Inggris saya mulai berkembang. Setidaknya saya tak pernah remidi jika untuk ulangan ataupun ujian semester. Di masa SMA bahasa inggris justru menjadi pelajaran favorit saya. Disini pula saya menjadikan musik sebagai media saya dalam belajar yakni dengan mendengarkan lagu-lagu linkin park serta lagu barat lain di ponsel saya. Kemudian menerjemahkan bait demi bait liriknya sesuai kemampuan saya tentunya. Alhasil saya menjadi mudah menghafal vocabulary beserta artinya. Tanpa kekepoan saya terhadap makna lagu Linkin Park, mungkin saya tak akan menaruh minat saya dalam bahasa inggris. Terima Kasih Linkin Park, semoga masih ada karya kalian selanjutnya.
Maaf jika tulisan ini terlalu panjang dan susunannya acakadul.heee
Tulisan yg ikut membuat saya bernostalgia. HP pertama saya yg bisa muter musik dulu juga hanya bisa simpen 2-3 lagu. Kalau mau download lagu baru, harus hapus dulu salah satu lagu, hahaha.
Saya sendiri termasuk buta dengan dunia musik, jadi saya nggak terlalu kenal Linkin Park, walaupun nama itu cukup populer di antara teman2 sekolah saya dulu.
SukaSuka
Wah make brand dan tipe apa mas? Masih ingatkah?
Saya juga dulu harus dihapus kalo mau nyimpen lagu baru..hhaa
Linkin park memang menjadi salah satu ikon remaja2 era-era milenium mas..
SukaDisukai oleh 1 orang
Klo nggak salah Sony Ericsson w200i. Sebenarnya udah support memory card sih, tp nggak punya duit buat beli, jd cuma bisa make memori internalnya doang. š
SukaSuka
Wah lumayan mantep tuh kalo seri W,walau yang W200 dulu kurang bagus di resolusi layar dan kameranya.Tetapi mantep banget buat musikan,saya minjem hape temen juga dibuat ngiler ama kualitas audionya.apalagi kalo lewat headset.Nendang abiss..Jadi kangen ama era feauture phone šš
SukaSuka
2006, saya pertama kali dengar lagu LP, baru sd :D, tapi baru jadi penggemar pas Living Things dan Hunting Party rilis. Walapun baru beberapa tahun ngefans sama LP, terasa seperti long life fans yg selalu menunggu, mendengar dan mengkritik klw ada yg salah.
Sepupu dan seorang kawan saya juga LPU, kami bertiga berkenalan dengan bahas inggris berkat lagu rock dan film Transformers bajakan :D.
Btw, setuju ga kalau ada pengganti Chester?, soalnya di media asing, banyak hoax tuh,Oli Sykes jadi pengganti Chester Be.
SukaSuka
Jaman SD saya juga mungkin sesekali dengar musiknya LP,tapi ya boro2 ngeh mungkin.Soalnya masih awam banget soal musik.
Iya,musik dan film memang media yang mudah digunakan buat belajar bahasa.
Setuju gak setuju sih,kalo penggantinya buat sekedar pengisi world tour sih gapapa,apalgi kalo Oly bneran yg gantiin.Tapi kalo buat jadi vokalis baru entahlah.Takutnya kaya Three Days Grace gitu,begitu ganti vokalis jadi beda rasanya.Apalagi kalo oli bneran ganttiin,musik LP jadi terkesan lebih berat gitu ya.Mending bikin album baru tapi featuring sama vokalis2 band lain kali ya.
SukaSuka
Three Day Grace, ingat tuh kekecewaan :D, banyak yg kecewa
SukaSuka
Iya..mkanya mending gandeng vokalis band2 lain buat bikin album kompilasi kayaknya lebih menarik.Tapi andai diganti ya smoga rasa LP yang lama tetep ada.hhheee
SukaSuka
Lagu favorit saya waktu sma, pas waktu itu group band Linkin park lagi ngetop ny
SukaSuka
Wah iya mas, band ini memang memorable banget di masa remaja sebagian orang..
SukaSuka
Penggemar LP juga. Ternyata bnyak juga yg ngebahas CB. Ada bbrp bloger yg sdah mngulasnya, dan sy membacanya. Awalnya Arika, lalu Ical dan yg slnjutnya mas Abdul Jalil ini.
Semuanya punya gayanya masing2, Arika yg ringkas, Ical yg sdang, dan Anda yg lumayan pnjng..
Smngat trus mas nerjemahin lagu2 brbhsa Inggrisnya..
SukaSuka
Iya mas,saya termasuk paling telat nih bahasnya.hhee
Niatnya sih gak dibkin panjang,tapi kok malah ketagihan buat lanjut nulis terus.hhaa
Yang bikin panjang bahasa awal-awal kenal LPnya sih..hhee
Iya mas,harus semangat..terima kasih
SukaDisukai oleh 1 orang
Hybird theory…inget bgt itu album rilis pas saya masih 6 SD. Ga pernah bisa lupa penampilan chester di video klip one step closer
SukaDisukai oleh 1 orang
Sya baru masuk SD kayaknya..
Wah..pasti pas adegan kebalik dan rambut ngejrengnya om chazy..hheee
SukaSuka