Terima Kasih nih buat Mba Vera yang lagi-lagi menyumbangkan ide untuk menulis. Mohon maaf jika penyajiannya terkesan kaku dan membosankan.hhhee

Buah hati merupakan simbol kasih sayang antara dua insan yang telah manjalin ikatan keluarga. Tak hanya sebatas itu, anak juga menjadi penerus keturunan keluarga nantinya. Maka tak heran, jika setiap pasang suami istri akan berusaha untuk memiliki momongan.

Ada yang memilih punya banyak anak, ada juga yang harus hidup dengan anak semata mayang. Di kasus yang terakhir, biasanya dikarenakan pasangan memiliki maslah traumatis, faktor umur yang tak memungkinkan lagi untuk hamil, hingga faktor personal lainnya.

Saya sendiri sudah hidup sebagai anak tunggal selama 23 tahun ini dan mungkin akan seterusnya. Terhitung semenjak ayah memutuskan untuk melakukan vasektomi ketika saya berumur 6 tahun. Harapan untuk memiliki adik pun telah sirna seketika itu. Ditambah ibu pernah bercerita, jika ia merasa trauma untuk melahirkan. Selain itu, usia mereka juga kini semakin merenta.

Dan seperti yang kita tahu jika tak ada kehidupan yang ideal, begitupun ketika harus hidup dengan status sebagai anak-anak satu-satunya. Pasti ada suka dan dukanya. Berikut sedikit saya jabarkan suka-dukanya sesuai pengalaman yang saya alami dan juga beberapa sumber lain.

SUKA

1.Menjadi Pusat Perhatian Ayah & Ibu

motherforlife.com

Dengan tidak adanya sosok kakak ataupun adik, di rumah saya menjadi pusat kasih sayang kedua orang tua seutuhnya. Bahkan ketika saya sakit, ibu pun langsung dilanda kepanikan yang luar biasa seolah ada invasi alien ke bumi. Padahal sakit yang saya derita bukan sakit yang teramat parah. Untuk mengatasinya, saya sering sembunyi-sembunyi jika sakit ringan agar keluarga tak terlalu panik.

2.Sosok Yang Mandiri

Risingshining.com

Jujur saya juga masih belum sepenuhnya dibilang mandiri. Meskipun sekarang saya sudah bekerja dan tak selalu ada di rumah. Namun da beberapa hal yang masih saya gantungkan kepada orang tua. Tetapi karena di rumah terbiasa tanpa orang lain. Saya tak segan jika dihadapkan dengan kesendirian. Alhasil saya tak gentar ketika di tahun pertama harus bekerja sendiri dan menghabiskan malam di tempat kerja tanpa ada rekan. Karena saya memegang prinsip, selagi mampu saya akan melakukannya sendiri, jadi tak perlu merepotkan orang lain. Padahal kala itu teman-teman bergidik dan merasa tak berani untuk melakukannya.

3.Aman & Damai Di Rumah

childrenscabinet.org

Saya melihat teman yang tinggal dengan kakak atau adiknya, seringkali mereka terlibat cekcok karena hal sepele. Mereka juga sering mengkambing hitamkan satu sama lain ketika dihadapkan dengan suatu masalah. Tak hanya itu, aneka kejahilan dan keusilan juga sering mereka lakukan pada anggota keluarganya sendiri. Namun hal itu jarang saya alami. Karena di rumah saya sendirian masalah apapun tanggung jawab sepenuhnya ada di tangan saya. Ya, walau saya juga pernah mengalami ragam konflik dan keusilan ketika sepupu masih sering di rumah.

4.Mudah Dikenali Tetangga

Telegraph.co.uk

Bagi yang punya kakak atau adik adakalanya tetangga tertukar untuk menyebutkan nama. Nama adik untuk kakak, begitupun sebaliknya. Tetapi dengan berstatus anak tunggal, mustahil sekali rasanya untuk tak mengenali nama saya. Karena tak ada anggota lain di rumah yang berstatus anak. Jadi ketika mereka mengingat orang tua saya, mereka pun pasti ingat nama saya..,jis..GR banget ya

5.Maunya Selalu Dituruti

thechampatree.in

Untuk poin terkahir, sebenarnya ini hanya anggapan atau mitos belaka. Dengan hidup di keluarga yang sederhana, banyak hal yang saya mau namun tak bisa juga direalisasikan orang tua. Biasanya karena faktor ekonomi dan waktu. Namun selagi mereka mampu, mereka tentu akan memprioritaskannya. Dan semua orang tua baik yang mempunyai anak tunggal atau tidak pasti akan melakukan hal demikian.

DUKA

1.Kesepian

misanthropicbastard.deviantart.com

Memang saya sudah terbiasa menghabiskan waktu sendirian, tetapi sebagai manusia biasa dengan status makhluk sosial. Adakalanya saya merasa sepi ketika tidak ada sosok yang bisa disebut kakak-adik di dalam rumah. Rasanya hampa tiada teman untuk bermain atau sekedar usil-usilan. Hal ini terasa sekali ketika saya masih kecil terlebih saya tergolong cupu dan kuper.

2.Orang Tua Cenderung Over Protective

kisstimmins.com

Mungkin karena anak tunggal adalah harta orang tua satu-satunya. Tak jarang para orangtua berlaku berlebihan dalam menjaga anaknya. Bukan membiarkan mereka berkembang. Karena takut akan terjadi hal yang tak diinginkan. Orang tua justru membatasi pergerakan anaknya. Hal ini jaga saya alami ketika saya masih kecil, dimana ibu melarang keras saya untuk melakukan ini itu. Dan di masa dewasa saya pun terpaksa harus tertinggal dalam banyak hal.

3.Tanggung Jawab Yang Lebih Besar Kepada Keluarga

Kullabs.com

Sebenarnya sudah menjadi ketetapan bagi semua anak untuk menjadi sumber harapan bagi kedua orang tuanya. Semakin banyak anak, semakin banyak pula harapan bagi mereka kelak. Namun berbeda bagi anak tunggal. Ia menjadi satu-satunya harapan di dalam keluarganya. Hal ini kadang menjadi beban tersendiri bagi saya. Terlebih jika kemauan orang yang tua berbeda dengan keinginan saya pribadi. Mau tak mau saya kadang harus mengalah dan mengubur jauh apa yang telah saya rencanakan daripada harus melihat mereka kecewa.

4.Tak Ada Tempat Berbagi

Studyvillage.com

Hampir seperti poin pertama, si anak tunggal tidak mempunyai orang untuk berbagi di rumah kecuali kedua orang tuanya. Jika karakternya cenderung pendiam dan tertutup seperti saya. Maka kemungkinan ia hanya bisa memendam apa yang dia hadapi sendirian. Kecuali jika memang ada teman, atau saudara sepupu yang bisa dipercayai sepenuhnya.

5.Punya Citra Buruk

Ranksurge.com

Manja, Kekanak-kanakan, tak bisa diandalkan, egois, dan keras kepala. Citra tersebut sangat melekat pada anak tunggal. Walau tak sepenuhnya benar, tapi tak bisa dipungkiri jika salah satu dari karakter tersebut ada pula dalam diri saya. Terutama sifat egoisme dan keras kepala. Namun pada kenyataannya, karakter seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor baik internal maupun eksternal. Mulai dari pola asuh keluarga hingga lingkungan tempat tinggalnya. Jadi, tak semua anak tunggal bisa dihakimi seperti itu.

Sebagai anak tunggal, sejauh ini saya masih berusaha menjadi pribadi yang lebih baik. Karakter saya yang kadang masih “childish” harus bisa sedikit saya rubah, sebelum saya berkeluarga dan mengabdi pada istri dan orang tua nantinya. Dengan kondisi seperti ini saya juga tetap bersyukur. Hal ini menjadi pertimbangan apakah kelak saya memilih untuk memiliki anak tinggal atau tidak. 

Apa kalian anak tunggal juga? atau anak sulung atau justru anak bungsu? Share suka dukanya juga ya.

Iklan