Sumber gambar : mechanicalmotivation.com

Sungguh teramat sial, setelah menunggu selama berminggu-minggu, ponsel saya yang baru saja diperbaiki malah harus kembali diistirahatkan. Sempat bisa diisi dayanya di saat pagi. Di sore hari, ponsel saya justru kembali ngambek dan enggan dimasuki arus listrik.

Karena kecewa dengan pelayanan dari konter sebelumnya. Saya pun lebih memilih membiarkan ponsel tersebut tergeletak, lantaran saya kadung merasa kesal dan frustasi.

Dengan keadaan seperti ini, gairah saya dalam menulis pun sempat hilang karena kebiasaan menulis saya tinggal semenjak ponsel saya rusak. Hingga muncul pula niatan untuk meninggalkan hobi menulis yang telah coba saya geluti beberapa bulan ini.

Tetapi di keesokan hari, seperti sebuah lilin menyala di antara pekatnya malam. Saya mendengar salah satu teman yang punya permasalahan dengan ponselnya,membawa ponsel tersebut ke sebuah konter yang ada di Pasar Bumijawa, Tegal.

Alih-alih merasa kecewa, dua teman saya terlihat semringat karena ponselnya kembali sembuh. Padahal, beberapa kali mereka sudah bolak-balik ke ragam konter dan pulang tanpa hasil. Namun di konter ini, secara ajaib ponsel yang semula layarnya tak mau menyala bisa kembali normal. Hal ini pun membuat saya tertarik untuk mencoba menserviskan ponsel saya di tempat ini.

Tepat di hari Senin ini, kebetulan saya dapat giliran untuk libur setengah hari. Jadi, selain membayar cicilan motor, saya sempatkan pula untuk ke konter bernama Matrix tersebut.

Hanya membutuhkan waktu lebih kurang 40 menitan saja, pasar Bumijawa bisa dijangkau sepeda motor dari Desa Igirklanceng dengan kecepatan normal, yakni antara 30-50 km/jam.

Di konter seluas sekitar 4×3 Meter tersebut, saya sempat pula bertemu dengan adik kelas saya semasa SMA, yang rupanya masih mengenal saya. Dia rupanya menemani salah satu temannya untuk menservis hape. Kami sempat berbincang sebentar mengenai salah satu teman sesama alumnus yang baru-baru ini diangkat pamong desa.

Karena antrian tak terlalu lama, dia pun menyuruh saya untuk langsung saja memangil mbak yang bertugas melayani pelanggan di konter tersebut.

Gadis berjilbab ini datang dengan wajah yang ramah menghampiri saya yang duduk di depan lemari etalase. Menggunakan bahasa jawa krama, dia menanyakan keluhan yang dialami oleh hati saya yang kesepian ponsel saya.

Dengan bahasa jawa krama seadanya, saya coba menjabarkan apa yang terjadi dengan ponsel saya. Si mbak sempat sedikit tertawa ketika saya menyodorkan ponsel saya dan mengetahui merk ponselnya adalah Honor. Sebagai sub brand dari vendor ponsel asal Tiongkok, Huawei, Honor memang kurang dikenal di telinga kebanyakan masyarakat Indonesia. Bagi sebagian orang nama ini malah terdengar sangatlah lucu, terlebih jika harus menyebutkannya dengan pelafalan apa adanya.

Tapi dengan masalah utama tak bisa dicharge. Ponsel ini dibawa oleh si mbak ke belakang rak aksesoris hape. Di sanalah ternyata sang teknisi atau ahli elektronika bersembunyi.

Di depan etalase tempat saya duduk terdengar, jika sang teknisi menyebutkan adanya korsleting di bagian dalam ponsel saya. Sebelum dia melanjutkan tugasnya, sempat pula muncul keraguan. Apakah ia berhasil memperbaikinya atau tidak. Karena mengingat di konter sebelumnya dibutuhkan waktu yang terbilang lama untuk memulihkannya.

Sembari menunggu semua proses selesai, hadir pura pelanggan baru dengan keluhan masalah layar sentuh di ponselnya. Pria paruh bayu ini turut pula menanyakan apa yang dialami ponsel saya. Hingga akhirnya kami ngobrol beberapa patah kata.

Dan tak lama berselang, seorang pria yang hanya berselisih beberapa tahun dari usia saya keluar dari belakang rak. Dibawanya ponsel dengan case putih milik saya. Perasaan was-was hinggap ke dalam diri saya akan bagaimana nasib ponsel saya.

Namun perasaan itu sirna seketika kala ia menghampiri saya, dan langsung mencolokkan ponsel saya ke dalam usb charger. Lampu indikator ponsel saya nampak menyala disusul oleh layar, dan itu menandakan jika ponsel kini sudah bisa kembali dicharge.

Berhasil membuat saya tercengang dengan prosesnya yang cepat, tetapi hasilnya sangat baik. Kekaguman saya nampaknya belum terhenti sampai disitu. Saya amati, sang teknisi datang ke arah saya dengan membawa alat bantu jalan di tangan kanannya.

Jika dilihat dari cara jalannya, nampaknya ia mengalami (maaf) kecacatan yang sudah lama. Saya merasa tersentak mengetahui hal ini. Dengan kekurangan yang ia miliki, ia seolah berhasil membuktikan kepada setiap orang jika dibalik ketidaksempurnaan fisiknya. Tersimpan pula keahlian yang teramat berguna bagi orang lain.

Terus terang, jika hanya melihatnya dari luar, saya hanya akan berfikir bahwa ia hanyalah orang yang perlu dikasihani. Namun nyatanya tidak, beliau justru orang yang begitu gigih dalam mengenali semua potensi dalam dirinya. Hingga ia menjadi seorang teknisi ponsel yang handal.

Sejatinya menilai seseorang memang janganlah hanya dari penampilan luarnya saja. Mungkin sering kita melabeli orang ini A atau B, tanpa kita tahu sebenarnya seperti apa orang tersebut. Terlebih jika orang tersebut memang terlihat memiliki kecacatan. Karena itu justru hanyalah sebuah penilaian yang berat sebelah.

Dan sebagai manusia biasa yang lahir tanpa kekurangan fisik. Bertemu dengan sosok pria tadi harusnya menyadarkan saya bahwa memang setiap manusia punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Jadi tidak ada alasan untuk merasa minder dan tak percaya diri dengan hal yang tak saya kuasai atau tak saya miliki. Karena saya juga pasti punya potensi yang bisa berguna bagi orang lain,selagi saya mau menggalinya.

Duh..untuk para pembaca setia, maaf jika tulisan yang panjang ini ternyata punya isi yang teramat dangkal.hhee

Iklan