Fatbit.com

Sebagai seorang penjual, hadirnya konsumen memang menjadi kunci akan kelangsungan suatu usaha. Untuk itu, setiap penjual ataupun pengelola sebuah bisnis haruslah memperlakukan sebaik mungkin pembeli atau konsumen layaknya seorang raja. Dimana semua harus diberikan secara maksimal. Agar sang konsumen tidak merasa kecewa dan beralih ke tempat lain.

Namun gelar raja apakah layak disandangkan pada semua konsumen?Bisa saja tidak, terutama bagi 7 tipe pembeli menjengkelkan berikut, yang sering saya temui di tempat saya bekerja.

1.Si Tukang Tawar Garis Keras

Menawar adalah hak bagi pembeli untuk mendapat kesesuaian harga. Tetapi di toko berkonsep minimarket, dengan harga yang sudah ditetapkan secara paten (net). Tentu menawar adalah hal yang kurang bijak. Dan saya sering kesal ketika harus menemui pelanggan seperti ini. Saya masih memaklumi jika mereka memang kalangan sesepuh yang memang kurang paham dengan sistem. Namun jika mereka berasal dari kalangan muda, tentu ini adalah hal yang mudah membuat saya meradang. Terlebih ketika mereka bersikukuh untuk terus menawar hingga dibawah harga pasar.

2.Si Tukang Lupa Hutang dan PHP

Dengan mayoritas konsumen yang sudah saya kenal secara dekat, saya kadang masih mentolerir “hutang” dan “kurang” dalam transaksi. Ya, walau seharusnya tidak, karena nanti menjadi pembiasaan yang kurang baik. Tetapi karena ada rasa tidak enak. Saya pun kadang harus mengiyakan. Namun, sayang tak semua pelanggan menyikapi ini dengan baik. Walau nominal kekurangan nya seringkali tak begitu besar. Tetapi ada saja pelanggan yang seolah sengaja lupa melunasi, hingga sayapun turut lupa. Padahal kadang mereka dengan mudah sesumbar lewat janji palsu untuk membayarnya segera.

3.Si Pembanding Harga

Kesal ketika seseorang dengan enaknya menyatakan jika harga yang lebih murah untuk barang yang sama bisa didapatkan di tempat lain. Padahal kenyataanya tidak,karena beberapa barang memang sudah disesuaikan dengan harga pasar. Alih-alih membandingkan harga, mereka sebenarnya menginginkan harga yang lebih miring. Jika saja masih ngeyel, kadang orang seperti ini akan langsung saya suruh untuk membeli apa yang mereka cari di tempat yang dia sebut. Terkesan kejam sih. Tetapi ini lebih baik, daripada harus membiarkan mereka mendapat harga murah dengan cara yang licik.hiiii

4.Si Tak Tahu Situasi

Ketika rekan saya sudah pulang, di sore hingga malam seluruh tanggung jawab berada di tangan saya sendiri. Tak hanya urusan melayani pembeli di toko, tetapi urusan terhadap pelanggan futsal. Namun melihat saya yang sedang repot dengan banyaknya antrian pembeli. Seringkali ada pengunjung yang tak mau antri hingga membentak bahkan memaki saya untuk segera menyalakan timer, terutama mereka yang sedang mengantri untuk bermain futsal. Hal ini sering menyulut amarah saya, hingga beberapa kesempatan saya turut membentak pula. Tentu ini hal yang bisa jadi bumerang bagi saya, karena bisa memberi citra yang buruk. Namun Untungnya, akhir-akhir ini teman-teman saya sering membantu menyetel timer. Dan itu sedikit membantu di kala toko dan lapangan futsal sedang ramai.

5.Si Tak Tahu Waktu

Saya akui, pekerjaan saya memang tergolong ringan. Tanpa perlu memerlukan aktifitas fisik yang berat, saya bisa bekerja hampir setiap hari dari pagi hingga malam. Tetapi dengan jam operasional seperti ini, saya kadang dilanda rasa bosan dan jenuh. Berniat menyudahi pekerjaan dengan menutup toko sesuai waktunya guna bersantai. Ada saja beberapa pelanggan yang tetap mengganggu waktu istirahat saya dengan menggendor-gendor pintu toko sembari berharap saya terbangun, kebetulan saya tidur di tempat kerja. Terkadang saya memang harus mengalah. Tetapi jika memang sudah terlalu larut, justru saya akan menjadi egois dengan melanjutkan tidur atau waktu menyendiri saya. Nah.untuk satu ini, saya akui saya masih sangat childish sih..hhhhhh

6.Si Pemilih

Sudah sewajarnya jika konsumen memilih barang terbaik untuk mereka bawa pulang ke rumah. Namun sering saya jumpai, beberapa konsumen justru seenaknya sendiri memilih suatu barang tanpa memperdulikan susunan barang yang telah ditata rapi. Mereka justru dengan santai mengacak-acak barang tanpa dilandasi niatan untuk setidaknya meletakkan suatu barang pada tempatnya semula. Adapula pembeli rokok yang tak mau membeli hanya karena alasan gambar mengerikan turut mencerminkan rasa rokok di dalamnya. Sehingga kadang mau tak mau saya harus mengacak-acak susunan rokok di etalase demi mengambil sebungkus rokok dengan gambar tertentu.

7.Si Tukang Tanya

Tak mengapa jika ada orang tua yang kebetulan tak bisa membaca aksara bertanya harga, meski di depannya terpasang label harga. Tetapi jika anak muda yang malas membaca. Hal ini menjadi berbeda. Terlebih jika mereka mengajukan pertanyaan lebih dari sekali untuk barang yang sudah dipasangi label harga. Sungguh ironi, sepertinya budaya membaca memang masih perlu digadang lagi.

7 kriteria di atas hanyalah penilaian pribadi saya. Di luar kebiasaan mereka yang kadang membuat kesal, saya masih menghormati mereka sebagai konsumen.

Mereka juga mungkin punya penilaian tersendiri tentang cara saya melayani mereka, bisa jadi itu lebih buruk.wkwkw

Share pendapat kalian ya.!hee

Iklan