Sumber : http://www.selerasa.com

Makan siang hari ini benar-benar berkesan, bukan karena menunya yang sungguh nikmat. Tetapi karena menunggu untuk mendapatkanya juga lumayan lama. Jika biasanya jam 12 lebih, lauk makan siang sudah dibeli oleh si mba, yang merupakan rekan kerja saya. Namun kali ini, pukul setengah dua kami baru bisa mengisi ulang perut kami setelah dihisap vampir terakhir diisi di saat pagi.

Hari ini kebetulan ibu bos mengajak si mba untuk membeli Lele goreng di desa seberang. Karena proses menggorengnya yang lama. Alhasil, lele bisa didapat setelah menunggu hampir 1 jam an.

Sudah beberapa kali ini sebenarnya kami makan dengan menu ini. Walau kami sebenarnya bebas memilih menu makan dan membelinya dengan uang pendapatan futsal, namun kami lebih sering membeli menu makan yang sederhana dikarenakan harganya lebih terjangkau. Paling sering kami membeli oreg tempe, tumis sayuran, tumis kulit sapi, rendang telur, sayur gori (nangka muda) atau ikan tongkol yang sudah dipotong. 

Namun tak hanya membangkitkan selera makan, lele goreng tadi juga rupanya membuka ingatan masa lalu saya. Tepatnya ketika saya masih berseragam SMA dan menjadi anak kos.

Dengan membayar biaya kos Rp. 300.000 per bulan, saya merasa puas dengan sarana yang saya dapat. Dari kebutuhan listrik, air, semua terjamin. Tanpa terkecuali makan, tanpa perlu merogok lagi kocek lebih dalam. Di dalam sehari saya sudah mendapatkan jatah makan 3 kali sehari. 

Tak hanya itu, menu makanan yang disajikan juga beragam setiap harinya. Ada beberapa yang masih saya ingat, antara lain tumis sayur dari kangkung hingga sop, ikan tongkol atau pindang, nasi goreng untuk sarapan, tumis tahu tempe dan telur puyuh, dan masih banyak lagi. Dan beberapa hari sekali, ibu kos sering juga memasak lele goreng ini.  Jadi, walau sebagai anak kos dulu saya tak sampai bertumpu pada mie instan ketika akhir bulan datang.

Dan dibanding ikan lain, saya akui ikan lele memang menawarakan rasa yang berbeda. Selain dagingnya lembut dan baunya yang tak terlalu amis. Duri ikan lele juga tak begitu banyak bersarang di dagingnya. Sehingga memudahkan sekali untuk dikonsumsi. Apalagi jika dicoel dengan sambal yang pedas, sensasinya pun akan benar-benar terasa.

Karena dulu kosan saya berada di satu rumah dengan ibu kos. Sebagai seorang pemalu saya punya siasat sendiri saat makan. Selain memlilih makan paling terakhir,Jika saat keluarga besar ibu kos berkumpul dan memilih membawa makan mereka ke ruang keluarga. Saya biasanya lebih memilih makan sendiri di meja makan yang terpisah antara dinding dengan ruangan tersebut.

Hal ini saya lakukan agar saya bisa dengan leluasa menambah lauk pauk, karena saya lebih sering makan lebih banyak porsi lauknya dibanding nasinya. Lebih lagi jika ada lele goreng ini. Sayang sekali jika disediakan banyak saya hanya makan sedikit, jadi jika ada kesempatan nambah akan saya manfaatkan. Wkakakkk.. dasar rakus.

Tetapi saya juga tetap lihat kondisi kok, jika memang lele gorengnya berukuran besar dan tersedia hanya beberapa ekor. Maka saya tak mungkin mengambil lagi. Karena bagaiamanapun, saya harus tetap jaga image sebagai anak kosan yang rajin dan makan tak terlalu banyak. Hhiiii

Ah.. saya sudahi dulu curcol gaje tak berfaedah ini.. 

Selamat siang menjelang sore ya.

Iklan