Asal edit pake picsay pro

Sembari menunggu guyuran hujan, yang akhirnya kini berakhir, mata ini tak hentinya memandangi layar peranti ponsel-pintar. Niat hati ingin menyelesaikan artikel, namun rasa malas lebih dahulu menjerumuskan tangan ini untuk melakukan kegiatan tak berfaedah lain, salah satunya stalking jejaring sosial.

Beberapa hari ini, saya sebenarnya sengaja tak terlalu aktif di jejaring sosial, mulai dari facecook ataupun instagram, lantaran dilanda rasa bosan. Saya hanya memposting hal yang saya anggap perlu di media tersebut, dan jika aktif juga paling hanya melike, kemudian cengengesan sendiri karena drama yang diposting teman. Selanjutnya saya lebih banyak menghabisakan waktu di wordpress untuk sekedar blogwalking, atau membaca berita online di opera mini.

Tapi setelah iseng membuka instagram tadi, saya justru teringat dengan akun seseorang yang dulu merupakan teman di SMA, lebih tepatnya teman sekelas. Ketika dulu saya menemukan akunnya, saya sempat melihat link tumblr yang terpampang di profilnya. Dan entah kenapa tadi saya berfikir untuk mengunjunginya. Karena saya dilanda penasaran dengan apa yang dia tulis disana.

Lewat browser Chrome, akhirnya saya beranikan diri untuk berkunjung ke laman tumblr miliknya. Melihat dari archive, terahkhir dia menulis di bulan Januari lalu. Cukup disayangkan, beberapa bulan terakhir ini, dia tak aktif hingga tak menyisakan bekas jejak sedikitpun. Mungkin ini karena kesibukanya sebagai guru yang membuat waktunya tersita dan tak sempat menulis. #Mungkinloh… 

Membaca tulisan-tulisan miliknya, saya hanya bisa termenung dengan tulisannya yang cenderung lugas dan tertata. Di tuliskannya setiap detil dalam hidupnya, yang menjadi titik kedewasaannya. Ditulis pula pengalaman dia semasa SMA, yang rupanya punya cita-cita menjadi penyiar radio,yang baru saya tahu, namun kini justru menjadi sosok pengajar sesuai kutukan guru kami kala itu.

Di bawah lamunan, saya mengandai-andai bagaimana keadaan dia sekarang. Meski tinggi badannya sepertinya tak berubah, tapi sikap dan perilakunya pasti sudah berubah, terutama ceplas-ceplosnya. Karena setelah terakhir saya melihat postingannya di Instagram, konon dia kini berada di Kota Semarang , kota yang menjadi saksi selama dia menimba ilmu dan akhirnya menjadi tempat dia untuk menjemput rejeki pula.

Dia memang hanya teman kelas, tapi dia sebenarnya punya tempat lain di hati saya. Semenjak pertama kali melihatnya kala lomba bahasa Inggris di SMP dulu. Saya sudah mulai tertarik dengan dia. Walau mukanya terlihat judes, tetapi dia cerminan pribadi yang amat riang. Kepribadian yang sangat berbeda 180 derajat dengan saya, orang yang dianggap pembimbang oleh guru BK, atau si muka yang tak pernah bahagia kata guru Matematika.

Dia merupakan gadis tomboy yang punya senyum manis dengan gigi gingsulnya. Dia gadis yang blak-blakan dan cenderung frontal dengan apa yang dia rasa dan lihat. Basa-basi memang bukan keahliannya. Tetapi dia adalah gadis pintar dan cerdas. Sebagai anak IPA dia sempat mewakili sekolah di lomba Ekonomi, yang jelas-jelas bersebrangan dengan jurusannya. Dan dia juga mengikuti tes IPC atau perpaduan soal IPA dan IPS, kala mengikuti tes SNMPTN dulu, dan hebatnya dia lulus.

Saya beruntung, ketika SMA akhirnya kembali dipertemukan dengan dia. Meski di masa-masa itu, saya juga tak berani mengungkap apa yang saya rasa. Karena saya merasa itu tak pantas. Dia yang cenderung hiperaktif, sedangkan saya lelaki pendiam yang kadang bermanipulasi menjadi pribadi lebih menyenangkan agar bisa diterima.

Tapi hingga kini, saya masih simpan rapat rasa ini padanya. Kadarnya memang kini tak berkurang, tapi arahnya telah berubah. Rasa ini kini hanya menjadi sebuah kekaguman yang tak perlu mengharapkan balasan.

Hanya berharap, semoga dia tak pernah menemukan tulisan bodoh, dari orang yang gemar merekomendasikan lagu galau sesuai kehidupannya sendiri ini. So Pathetic

#Diiringi lagu Creep nya Radiohead..

19 Desember 2017

Iklan