Hari terakhir di tahun 2017 ini terasa sangatlah istimewa. Selain matahari bersinar terik layaknya hari di musim kemarau, yang membuat mood juga turut bersemangat. Saya juga perlu bersyukur, karena hari ini saya hanya bekerja setengah hari.

Tapi bukan karena jatah libur bertambah, di hari Minggu ini, kebetulan dua kerabat saya mengadakan resepsi pernikahan.

Niat hati tak ingin hadir, karena saya merasa ragu untuk menghadiri resepsi keduanya. Toh beberapa hari sebelumnya saya sudah menyempatkan untuk kondangan. Tapi akhirnya saya putuskan datang ke resepsi Mas Doni dan Mba Ina, yang kebetulan dimulai lebih siang. Lebih lagi, mba rekan kerja juga tak keberatan untuk bekerja sendiri.

Sekitar pukul 9 pagi, saya dan rombongan berkumpul di rumah mempelai pria. Kurang lebih setelah menunggu satu jam, akhirnya rombongan berangkat menuju ke kediaman mempelai wanita.  Dan disana kami pun disambut baik layaknya tamu pada umunya.

Sambil menunggu pasangan pengantin berganti busana dan diberi taburan make-up di wajah mereka. Kami duduk lesehan di tempat yang disediakan, sembari bercanda dan menikmati cemilan yang dihidangkan.

Hampir satu jam lebih waktu periasan, pasangan pengantin datang dengan wajah semringah menuju singgasana megah yang menyimbolkan cinta mereka. Kedua pasang terlihat serasi dengan pakaian adat jawa yang anggun.

Selanjutnya, puncak resepsi pun dimulai, diawali pembukaan dari pembawa acara. Sambutan dari perwakilan kedua mempelai menjadi penegasan bahwa keluarga telah menerima kedua sejoli ini secara utuh sebagai bagian keluarga besar.

Mereka sendiri sudah melakukan akad nikah di depan penghulu dua hari sebelumnya. Jadi, acara lain seperti belah panggang ayam, sungkeman, dan foto-foto bisa terus saja dilanjutkan.

Acara Foto-foto

Dan di saat sesi foto-foto tersebut, rombongan dari mempelai pria dipersilahkan untuk menikmati ragam hidangan makan siang di ruang tengah. Sebelum akhirnya kami juga ikut berfoto ria mendampingi pasangan pengantin.

Menjelang pergantian busana yang kedua, tak terasa waktu sudah menunjukan pukul 2 siang. Saat itu pula teman saya bernama Bagyo, yang sedang membantu di sana, mengingatkan akan adanya hajatan dari salah satu teman semasa SMP. Mengingat kami sempat akrab, kami merasa tak enak jika kami tak hadir.

Dengan melewati jalan yang separuhnya rusak, hanya butuh kira-kira setengah jam bagi kami untuk tiba di rumahnya yang berada di seberang desa kami.

Sayang sekali, ketika kami masuk ke dalam rumah. Teman saya  ternyata sudah tidak ada lagi di kediamannya. Dia sudah beranjak ke kediaman mempelai wanita. Karena puncak resepsi teman saya juga diselenggarakan hari ini. Mungkin hari ini baik menurut perhitungan orang Jawa, sehingga banyak pasangan memilih hari ini untuk menggelar acara sakaral tersebut.

Di sela perjalanan pulang, kami berdua yang kebetulan lahir di tahun yang sama sempat bertukar rasa tentang nasib kami. Ya, kebetulan kami berdua menjadi salah dua pria dari angkatan kami yang belum menikah. Sembari guyon, di sepanjang jalan kami bercerita tentang sosok jodoh hingga target menikah. Kini kami memang sama masih berada di fase pencarian. Bedanya saya masih merasa kurang siap di beberapa aspek.

Pukul setengah empat sore, saya kembali ke tempat kerja dan beraktifitas seperti biasanya.

Malam nanti sebenarnya saya berniat menggelar acara bakar ayam untuk memepringati tahun baru. Jika jadi, besok saya akan menulisnya.

Terima kasih sudah membaca tulisan serabutan ini.

Iklan