Si ekor panjang

Kehadirannya disini cukup singkat, hanya berkisar satu atau dua minggu saja. Dan Terhitung sudah 5 harian ini dia tak juga menampakkan batang hidungnya lagi.

Selepas ba’da Isya biasanya dia singgah, tak jarang pula bulu-bulu halusnya basah terguyur hujan. Sebagai kucing liar, memang dia punya tugas mencari makan sendiri. Hingga tak jarang dia harus bergelut dengan tetesan air langit.

Tapi berbeda dengan kucing liar sejenisnya yang telah saya temui, dia yang entah datang dari mana, justru punya sikap ramah terhadap manusia. Jika kucing lain selalu berusaha menghindar. Jangankan bertatap mata, melihat sosok manusia saja mereka selalu menunjukkan rasa ketidaknyamanannya dan memilih lari.

Tetapi dia lebih senang mendekati manusia dengan kesan yang manja. Selalu mengeong untuk meminta makan, tapi tak jarang dia selalu menggosok kepalanya ke kaki layaknya merengek tuannya. Sedangkan ekor panjangnya ia gibaskan.

Sering tak tega, saya pun kadang tergerak untuk memberikan nya makanan sisa. Sayang tak semua menu dia sukai, termasuk kulit sapi yang sering menjadi lauk. Hingga saya lebih memilih memberikannya sosis siap makan, yang saya beli di toko tempat kerja saya.

Tapi entah karena apa, kini dia seolah menghilang. Berharap saja jika dia menemukan tuan baru atau justru menemukan tempat dengan persediaan makan yang lebih baik.

Iklan