Angkatan pertama SMAN 1 Sirampog kelas XII IPA bersama dewan guru, facebook.com

Menimba ilmu di sekolah favorit, ataupun di sekolah yang telah lama berdiri dan punya nama merupakan salah satu impian saya selepas menyelesaikan pendidikan di jenjang SMP dulu. 

Dengan niat bersekolah di SMA negeri yang konon biayanya lebih murah dibanding sekolah swasta, saya dulu sempat mendaftarkan diri ke salah satu SMA terfavorit di Brebes Selatan, sebut saja SMA Negeri 1 Bumiayu. 

Tapi dengan sistem pendaftarannya yang dulu berdasarkan nilai ujian nasional, seketika mimpi saya pupus kala melihat banyak pesaing dengan nilai yang lebih tinggi telah lebih dahulu mendaftar. Ya dengan jumlah nilai UN hanya di angka 30 an sementara siswa lain kebanyakam di atasnya, tak ada pilihan lagi bagi saya selain mundur.

Tapi tak pantang menyerah, saya pun mencari sekolah lain yang punya citra sama. Namun punya sistem pendaftaran yang lebih fair. 

Bersama Pak Ngadina, mantan guru SD yang kebetulan masih punya ikatan tali saudara dengan saya. Beliau pun mengantarkan saya untuk mendaftarkan diri ke SMA Negeri 1 Bojong, yang ada di daerah Tuwel, Tegal, Jawa Tengah. Meski sedikit lebih jauh, namun sekolah tersebut menjadi salah satu yang terbaik di sekitar daerah saya dan yang terpenting persaingannya tak terlalu ketat.

Dan sebagai cadangan, saya juga turut mendaftar ke SMA Negeri 1 Sirampog, Brebes, yang lebih dekat dan banyak pula teman dari SMP saya yang mendaftar di sana. 

Mengingat SMA Negeri 1 Sirampog adalah sekolah yang baru berdiri, awalnya saya sendiri tak begitu antusias untuk bersekolah di sana karena pasti banyak sarana yang tertinggal. Lebih lagi di SMP saya juga menjadi angkatan kedua, jadi saya meninginkan sesuatu yang lebih. 

Namun karena banyak pertimbangan, salah satunya transportsi yang lebih mudah dibandingkan ke SMAN 1 Bojong. Saya pun justru memilih SMA N 1 Sirampog untuk mencari pengetahuan selama 3 tahun.

Awal masuk saya sempat bimbang karena hal yang saya sebutkan di atas, namun mengenal teman baru dari ragam latar belakang membuat saya bersemangat. Guru-guru nya pun cukup menyenangkan, meski ada beberapa yang terbilang kaku.

Memasuki awal semester, saya dan siswa lain hanya bisa belajar secara sederhana. Termasuk saat pelajaran TIK (dulu masih ada), dimana kadang kami hanya bisa melihat laptop guru kami yang ditaruh di depan kelas dan merasa kikuk ketika praktek.

Dan dengan menjadi yang pertama, tentu menuntut kami belajar dengan sarana seadanya. Di tahun pertama jumlah gedungnya saja hanya dua, yang masing-masing untuk ruang kelas dan sisanya untuk ruang kantor beserta ruang TU. Dua bangunan ini juga dikelilingi pepohonan dan berdekatan dengan kebun dan sawah.

Lapangan upacara diantara dua gedung, facebook.com

Dan untuk lapangan upacara, kami pun hanya bisa menggunakan kebun yang sebelumnya telah diratakan yang mana akan membuat sepatu berlumurkan lumpur di kala hujan. Musala juga memanfaatkan ruang UKS yang sempit dimana mewajibkan siswa untuk salat secara bergantian. Dan jika SMA lain setiap siswanya diwajibkan membeli buku penunjang, apadaya kami hanya bisa bergantung pada LKS (lembar kerja siswa) yang mana hanya berisi ringkasan materi belaka.

Dan uniknya, saat ada agenda pembuatan lapangan baru. Saya dan teman-teman pulalah yang secara sukarela bergotong royong membersihkan semak belukar hingga meratakan tanahnya sebelum akhirnya dibantu alat berat di tahun-tahun berikutnya. Pengalaman yang sangat menarik, karena di saat sekolah lain sibuk dengan kegiatan class meeting, kami saat itu malah sibuk di kebun. Hheee

Di facebook, sebenarnya kemarin saya sempat menemukan foto saat kami tengah sibuk bergotong royong di lapangan lewat kenangan yang dibagikan oleh teman, namun ketika saya mencarinya lagi entah ada di mana foto tersebut. Sepertinya terselip di antara jutaan foto-foto alay.

Hal menarik yang juga saya ingat adalah saat kami tak bisa menikmati acara perpisahan yang diadakan rutin oleh sekolah pada umumnya di pertengahan tahun. Di sekolah saya yang belum ada kakak kelas, kami justru mengadakan kegiatan outbond di luar sekolah pada tahun pertama selepas Ujian kenaikan kelas, sementara di tahun kedua ketika kami punya adik kelas, kami pun mengadakan pensi (pentas seni) sebagai penggantinya. Hingga di tahun 2012 lah sekolah kami mengadakan acara perpisahan untuk pertama kalinya.

Banyak suka duka pula yang saya alami ketika menjadi angkatan pertama di sekolah yang masih baru. Salah satu yang paling teringat adalah rasa gengsi yang sempat muncul ketika melihat teman yang bersekolah di sekolah yang lebih mapan. Dan karena di masa-masa itu ego saya tengah memuncak, hingga muncullah rasa tak betah.

Tapi seiring berjalannya waktu, saya pun mulai lagi belajar beradaptasi. Lagi-lagi, teman-teman yang seru dan kedekatan yang terjalin membuat saya merasa nyaman. Lagian jika dulu saya pindah, itu hanya akan membuang-buang uang karena urusan kos dan administrasi lainnya yang harus dimulai dari awal.

Dengan predikat sekolah baru banyak pula yang menganggap remeh kami dan sempat yang menyebut saya sebagai “kelinci percobaan”, mulut orang memang kadang pedas. Namun, ketika banyak alumnus kami yang berhasil konsisten dalam prestasinya, mulai dari tembus seleksi masuk Perguruan Tinggi Negeri lewat tes SNMPTN dengan persaingannya yang gila, hingga ada yang bekerja di kepolisian serta diterim perusahaan besar di luar pulau Jawa. Perlahan stigma tak mengenakan tersebut pun mulai menghilang. Terlebih dengan status negeri yang memungkinkan pembangunannya lebih cepat karena mendapat perhatian dari pemerintah. 

Maka tak heran, jika sekolah yang dulu nampak riuh dengan semak dan ilalang itu kini telah menjelma menjadi tempat belajar yang lebih nyaman, tentu berkat adanya lapangan, masjid, taman, hingga sarana penunjang lainnya yang lebih baik.

Dan berikut penampakan SMAN 1 Sirampog setelah lama saya tinggalkan yang tampak asing bagi saya, foto nya saya ambil dari akun facebook Smansi Sirampog dan akun lain yang tak bisa saya sebutkan satu per satu.

Lapangannya kini sudah dipasang paving dengan dikelilingi gedung yang didominasi cat warna hijau

Halaman depan
Taman untuk bersantai
Pendopo di tengah taman
Lapangan olahraga
Masjid yang menampung banyak jemaah

Nah, mungkin hanya ini pengalaman saya menjadi siswa didik di sekolah baru. Apa kalian juga punya cerita sama atau hal menarik selama sekolah? Share ya.

Iklan