Menimba ilmu di sekolah favorit, ataupun di sekolah yang telah lama berdiri dan punya nama merupakan salah satu impian saya selepas menyelesaikan pendidikan di jenjang SMP dulu.
Dengan niat bersekolah di SMA negeri yang konon biayanya lebih murah dibanding sekolah swasta, saya dulu sempat mendaftarkan diri ke salah satu SMA terfavorit di Brebes Selatan, sebut saja SMA Negeri 1 Bumiayu.
Tapi dengan sistem pendaftarannya yang dulu berdasarkan nilai ujian nasional, seketika mimpi saya pupus kala melihat banyak pesaing dengan nilai yang lebih tinggi telah lebih dahulu mendaftar. Ya dengan jumlah nilai UN hanya di angka 30 an sementara siswa lain kebanyakam di atasnya, tak ada pilihan lagi bagi saya selain mundur.
Tapi tak pantang menyerah, saya pun mencari sekolah lain yang punya citra sama. Namun punya sistem pendaftaran yang lebih fair.
Bersama Pak Ngadina, mantan guru SD yang kebetulan masih punya ikatan tali saudara dengan saya. Beliau pun mengantarkan saya untuk mendaftarkan diri ke SMA Negeri 1 Bojong, yang ada di daerah Tuwel, Tegal, Jawa Tengah. Meski sedikit lebih jauh, namun sekolah tersebut menjadi salah satu yang terbaik di sekitar daerah saya dan yang terpenting persaingannya tak terlalu ketat.
Dan sebagai cadangan, saya juga turut mendaftar ke SMA Negeri 1 Sirampog, Brebes, yang lebih dekat dan banyak pula teman dari SMP saya yang mendaftar di sana.
Mengingat SMA Negeri 1 Sirampog adalah sekolah yang baru berdiri, awalnya saya sendiri tak begitu antusias untuk bersekolah di sana karena pasti banyak sarana yang tertinggal. Lebih lagi di SMP saya juga menjadi angkatan kedua, jadi saya meninginkan sesuatu yang lebih.
Namun karena banyak pertimbangan, salah satunya transportsi yang lebih mudah dibandingkan ke SMAN 1 Bojong. Saya pun justru memilih SMA N 1 Sirampog untuk mencari pengetahuan selama 3 tahun.
Awal masuk saya sempat bimbang karena hal yang saya sebutkan di atas, namun mengenal teman baru dari ragam latar belakang membuat saya bersemangat. Guru-guru nya pun cukup menyenangkan, meski ada beberapa yang terbilang kaku.
Memasuki awal semester, saya dan siswa lain hanya bisa belajar secara sederhana. Termasuk saat pelajaran TIK (dulu masih ada), dimana kadang kami hanya bisa melihat laptop guru kami yang ditaruh di depan kelas dan merasa kikuk ketika praktek.
Dan dengan menjadi yang pertama, tentu menuntut kami belajar dengan sarana seadanya. Di tahun pertama jumlah gedungnya saja hanya dua, yang masing-masing untuk ruang kelas dan sisanya untuk ruang kantor beserta ruang TU. Dua bangunan ini juga dikelilingi pepohonan dan berdekatan dengan kebun dan sawah.
Dan untuk lapangan upacara, kami pun hanya bisa menggunakan kebun yang sebelumnya telah diratakan yang mana akan membuat sepatu berlumurkan lumpur di kala hujan. Musala juga memanfaatkan ruang UKS yang sempit dimana mewajibkan siswa untuk salat secara bergantian. Dan jika SMA lain setiap siswanya diwajibkan membeli buku penunjang, apadaya kami hanya bisa bergantung pada LKS (lembar kerja siswa) yang mana hanya berisi ringkasan materi belaka.
Dan uniknya, saat ada agenda pembuatan lapangan baru. Saya dan teman-teman pulalah yang secara sukarela bergotong royong membersihkan semak belukar hingga meratakan tanahnya sebelum akhirnya dibantu alat berat di tahun-tahun berikutnya. Pengalaman yang sangat menarik, karena di saat sekolah lain sibuk dengan kegiatan class meeting, kami saat itu malah sibuk di kebun. Hheee
Di facebook, sebenarnya kemarin saya sempat menemukan foto saat kami tengah sibuk bergotong royong di lapangan lewat kenangan yang dibagikan oleh teman, namun ketika saya mencarinya lagi entah ada di mana foto tersebut. Sepertinya terselip di antara jutaan foto-foto alay.
Hal menarik yang juga saya ingat adalah saat kami tak bisa menikmati acara perpisahan yang diadakan rutin oleh sekolah pada umumnya di pertengahan tahun. Di sekolah saya yang belum ada kakak kelas, kami justru mengadakan kegiatan outbond di luar sekolah pada tahun pertama selepas Ujian kenaikan kelas, sementara di tahun kedua ketika kami punya adik kelas, kami pun mengadakan pensi (pentas seni) sebagai penggantinya. Hingga di tahun 2012 lah sekolah kami mengadakan acara perpisahan untuk pertama kalinya.
Banyak suka duka pula yang saya alami ketika menjadi angkatan pertama di sekolah yang masih baru. Salah satu yang paling teringat adalah rasa gengsi yang sempat muncul ketika melihat teman yang bersekolah di sekolah yang lebih mapan. Dan karena di masa-masa itu ego saya tengah memuncak, hingga muncullah rasa tak betah.
Tapi seiring berjalannya waktu, saya pun mulai lagi belajar beradaptasi. Lagi-lagi, teman-teman yang seru dan kedekatan yang terjalin membuat saya merasa nyaman. Lagian jika dulu saya pindah, itu hanya akan membuang-buang uang karena urusan kos dan administrasi lainnya yang harus dimulai dari awal.
Dengan predikat sekolah baru banyak pula yang menganggap remeh kami dan sempat yang menyebut saya sebagai “kelinci percobaan”, mulut orang memang kadang pedas. Namun, ketika banyak alumnus kami yang berhasil konsisten dalam prestasinya, mulai dari tembus seleksi masuk Perguruan Tinggi Negeri lewat tes SNMPTN dengan persaingannya yang gila, hingga ada yang bekerja di kepolisian serta diterim perusahaan besar di luar pulau Jawa. Perlahan stigma tak mengenakan tersebut pun mulai menghilang. Terlebih dengan status negeri yang memungkinkan pembangunannya lebih cepat karena mendapat perhatian dari pemerintah.
Maka tak heran, jika sekolah yang dulu nampak riuh dengan semak dan ilalang itu kini telah menjelma menjadi tempat belajar yang lebih nyaman, tentu berkat adanya lapangan, masjid, taman, hingga sarana penunjang lainnya yang lebih baik.
Dan berikut penampakan SMAN 1 Sirampog setelah lama saya tinggalkan yang tampak asing bagi saya, foto nya saya ambil dari akun facebook Smansi Sirampog dan akun lain yang tak bisa saya sebutkan satu per satu.





Nah, mungkin hanya ini pengalaman saya menjadi siswa didik di sekolah baru. Apa kalian juga punya cerita sama atau hal menarik selama sekolah? Share ya.
Ihh.. Suka nepotisme ya mas, apa apa pake famili 😂😂😂.
Melihat fotonya, cepet banget y perkembangannya, sekolahnya bertambah maju
SukaDisukai oleh 1 orang
Hhhaa.. dulu gak ada temen soalnya mas pas daftar. 😂😂😂😂
Ya mas, baru sedekade an dah pesat banget. Saya jadi ngiri sama angkatan sekarang. Hhiii
SukaSuka
Malah bagus kok mas, bisa jadi legend angkatan awal
SukaDisukai oleh 1 orang
Ya mas, jadi legenda di antara guru2 juga. Hhee
SukaSuka
Patut berbangga menjadi kelinci percobaan klo gitu mas hehehe…
Sekolahnya sama kayak sekolah saya dulu mas Mewah, alias mepet sawah. 😂😂😂
SukaDisukai oleh 1 orang
Iya mas, percobaan yang sukses.. hhee
Iya mas, yang penting bukan megot, mepet got ya mas. Hhaaa
SukaSuka
Hahahah bis saja sampean.
SukaSuka
Mas Jalil di foto sebelah mana ya?kayaknya deket yang pake baju batik.
Enak mas gedung sekolahnya masih baru.
SukaDisukai oleh 1 orang
Bukan mba, saya deket sama yang agak pendek. Hhee
Ya sih mba, masih belum banyak tulisan di bangku. Hhee
SukaSuka
Wah angkatan pertama, kakau aku dulu angkatan kelima..
Dan saat itu masih banyak renovasi2 disekolah
SukaDisukai oleh 1 orang
Ya mas,
Sampe angkatan 5-6 biasanya masih juga mas, soalnya gak semua sarana langsung dibangun.
SukaSuka
Wah jadi inget
Dulu temen” stan banyak yang dari smasa bumiayu
Dah coba smasa sirampog jadi favorit ya dimulai dari siswanya
SukaDisukai oleh 1 orang
Wah alumnus stan ya mas?
Iya bener, dari prestasi siswanya dulu.
SukaSuka
Angkatan pertama yang jadi saksi bagaimana sekolahnya tumbuh dan berjuang untuk mengejar yang lain. Pengalaman tak terlupakan juga kayaknya ya mas Abdul?
SukaDisukai oleh 1 orang
Iya mas, menyaksikan awal-awal nya kayak gimana.
Berkesan sekali mas.
SukaDisukai oleh 1 orang
Tidak ada yg salah dengan kelinci percobaan Mas. Kata guru saya angkatan pertama paling berkesan, karena tahu bagaimana perjuangan sekolah diawal berdiri.
Saya angkatan ke.. tak tahu angkatan berapa, 😂SMA saya termasuk SMA tua sih Mas.
Tapi dulu waktu sekolah sering mendapat cerita dr guru mengenai bagaimana sekolah tersebut dulu mulai berdiri. Ada cerita yg kayak Mas Jalil. Waktu olahraga mereka bukan olahraga seperti siswa sekolah lainnya, tp lari keliling lapanangan biar tanahnya padat. Setelah padat tanah di lapangan itu akhirnya dibangun masjid. Tidak ada alat pemberat untuk meratakan tanah jg.
SukaDisukai oleh 1 orang
Ya mba, justru bisa jadi pondasi ya. Saya denger dari adik-adik kelas, mereka juga katanya sering diceritain sih bagaiamana perjuangan angkatan-angkatan kami. 😂😂😂😂
Wah, udah mapan dong mba dulu sekolahnya.
Ya mas, sekali mendayung tiga pulau terlampaui ya mba. Kalo bisa dapet hal lain dari kegiatan biasa kenapa gak. Hhaaaa
Di tahun saya juga belum ada alat berat, adanya di angkatak ke berapanya. Heee
SukaSuka
Aslinya angkatan Mas Jalil ini terkenal di adik kelasnya. Angkatan pejuang 😀
Iya Mas, sejak 1950an dia berdirinya.
SukaDisukai oleh 1 orang
Hhaa, iya mba.
Wah, udah melegenda dong ya
SukaDisukai oleh 1 orang
iya, mas 😀
SukaSuka
Yaa benar, angkatan pertama adalah angkatan “Pejuang”, sebab di momen-momen tertentu yang kami bawa ke sekolah bukan hanya alat tulis saja, tapi juga beberapa alat yg biasanya kami gunakan untuk bercocok tanam dikebun atau sawah, sebut saja cangkul, celurit dan teman-temannya, fungsi alat-alat itu ya sesuai tulisan mas Jalil diatas.
Kami angkatan pertama layaknya anak pertama dalam sebuah keluarga, kami tidaklah manja karena kami berproses sejak awal, kami harus menerima dan menikmati serangkaian proses yang bisa dibilang tidak mudah untuk anak seusia kami saat itu tetapi karena kami adalah anak pertama yg tidak manja kami jalani semua rangkaian proses itu dengan lapang dada dan penuh suka cita, kami merasa punya tanggung jawab terhadap “rumah” kami untuk keberlangsungan proses belajar kami, karena “rumah baru” kami masih banyak sarana dan prasana yg masih kurang memadai tidak seperti “rumah tetangga” yang sudah berdiri lebih dulu dan tentunya sarana untuk belajar dan mengajarnya jauh lebih memadai, kami juga bersabar menerima keadaan, dan kami berjuang dengan tulus ikhlas bersama “orang tua” kami membangun demi masa depan dan kemanyaman proses belajar adik-adik kami nantinya, yaa begitulah sekelumit cerita dari kami si “anak pertama” yang mungkin tidak dialami oleh anak ke-3 ke-4 hingga anak ke-..(sekarang)
Dan sekarang ketika kami melihat keadaan “rumah” yang dulu kami perjuangkan sudah jauh lebih bagus dalam segala hal dan tentunya lebih WAHH kami merasa punya kebanggaan tersendiri karena kami melihat proses berkembangkangnya rumah kami.
Selamat belajar dan berjuang dengan nyaman adik-adik
Salam
“Anak Pertama”
SukaSuka
Iya bener sekali, Salam mas Aji 🙂
SukaSuka
Cepat sekali perkembangan dan kemajuan sekolahnya dibandingkan sekolah saya yg alumni pertamanya sudah kepala 5 😂
SukaDisukai oleh 1 orang
Iya nih mba,
Wah dah lama berdiri lama ya sekolahnya ya.
SukaSuka
Aku mah udah angkatan berapa, sekolahnya emang udah maju gtu. Karena agak di kecamatan kali ya. Heheh
SukaDisukai oleh 1 orang
Wah asyik dong mba, dah lengkap ya sarananya.
SukaSuka
Waw, trnyta Mas Jalil angkatan prtma ya. Tentu ad rasa bangga melihat skolahnya kini jauh lbh berkembang ketimbang d awal dulu.
Ngadain reuni aj Mas, sesekali. Biar mngenang ulang masa2 prjuangan dulu. Btw, thn brp ya Mas Jalil SMA nya? 2009 atau 2010? Sy thn dpn rencana mau bikin reuni akbar brsma tmn2 alumni SMP sy dulu.
SukaDisukai oleh 1 orang
Iya mas sekolahnya dah lebih kece sekarang.
Tahun kemarin ada reuni, cuman kayaknya pada gak antusias termasuk saya juga gak dateng.hheed, mungkin bberapa tahun lagi biar lebih kerasa kangennya bakal diadain lagi.
SukaSuka
Iyaz saya angkatan 2009 nya mas
SukaSuka
Kalo saya dari smp sampe sma, setiap udah lulus pasti ada aja perubahan, misal seragam baru, gedung baru, dan fasilitas baru lainnya. Kenapa ada pas saya udah lulus ya? Wkkwkkwk dari dulu ngalamin begitu. Asik juga tuh ya angkatan pertama hehehhe :D.
SukaDisukai oleh 1 orang
Iya, saya juga ngalamin seperti itu. Saat sudah kuta tinggal, segala sarananya terlihat lebih menggiurkan. Hhee
Iya, ada suka dan dukanya.
SukaSuka