sumber http://www.pcworld.co.uk

Sebenarnya saya masih bingung dengan nama perangkat ini, apakah ini yang disebut earphone, headset, atau headphone. Namun, sudah umum jika saya dan mayoritas lain menyebutnya sebagai headset. 

Selain charger, alat bantu dengar atau headset, merupakan barang wajib yang selalu saya utamakan untuk dibeli. Karena lewat perangkat inilah, saya merasa paling nyaman mendengarkan musik. Meski saya bisa mencolokkan ponsel ke speaker yang ebih besar, tapi tetap saja sensasi musiknya tak seliar ketika lewat headset.

Dan semenjak kembali memegang ponsel pintar pintar di akhir tahun 2016 kemarin. Hingga kini sudah terhitung ada 5 headset yang telah saya beli. Namun kebanyakan headsetnya rusak karena keteledoran saya yang menyebabkan kabelnya putus, atau speakernya mati.

Dan sebenarnya saya memang belum berniat untuk membeli yang baru, karena kebetulan budget sedang pas-pas an. Lebih lagi jumlah bon saya sudah menumpuk.

Namun apadaya, headset terakhir yang saya miliki rupanya mati sebelah. Entah karena apa, tiba-tiba saja headset tak berfungsi normal meski tak ada benturan atau kecelakaan berarti yang menimpanya. Hhhaa. Padahal saya cukup puas dengan suguhan audionya.

Mengingat headset adalah teman di kala sedang menyendiri, ya gini namanya juga jones. Saya pun mau tak mau harus mengambil keputusan untuk membeli perangkat yang baru.

Dengan menambah bon sebesar Rp.50.000, sore kemarin saya tutup toko sebentar. Dan beranjak pergi ke konter yang ada di desa Pahingan.

Konter bernama Aziz Cell ini merupakan konter langganan saya untuk mentransfer uang pulsa milik bos, karena disini menyediakan BRILink. Pemilik dan karyawatinya juga mungkin sudah akrab dengan wajah saya. Sehingga kemungkinan mendapat diskon atau nego pasti lebih besar. Wkwkk

Saat saya sampai dan menanyakan tentang headset, pemilik menunjukkan headset yang menurutnya murah namun punya kualitas audio yang bagus. Ketika saya mencobanya, memang suara dari headset ini cukup enak di telinga, meski terdengar cempreng. Headsetnya juga sudah dilengkapi mikrofon, sehingga bisa digunakan untuk menelpon. Namun, yang tak saya suka adalah warnanya yang begitu mencolok. Hingga saya putuskan untuk tak mengambilnya.

Saya pun meminta pemilik menunjukkan headset model lain, dan tak berselang lama dia menunjukan headset dengan merk oppo, tapi entah KW versi berapanya, dengan label harga Rp.40.000.

Melihat harganya yang berselisih Rp.20.000 dibanding yang sebelumnya, kualitas yang dihasilkan juga pasti lebih baik, pikir saya kala itu.

Dan benar saja, saat saya memasukkannya ke telinga saya yang sudah banyak diperkosa oleh headset ini, sensasinya pun terdengar lebih baik. Walau bassnya tak begitu nendang dan dominan treble nya, tapi untuk ukuran harga Rp.30.000 setelah dapat diskon Rp.10.000, saya pun tak bisa menuntut lebih. Suaranya yang tak begitu cempreng dari headset sebelumnya, sudah menjadi nilai lebih.

Dan headset ini juga punya keunggulan dari segi bahannya. Dengan adanya semacam kain rajutan yang membungkus kabel. Ini akan membuat headset kabelnya sendiri tidak mudah kusut dan putus. Sementara itu, bahan yang menjadi bagian speaker nya juga nampak solid. Sehingga diharapakan headset baru ini bisa lebih awet. Meski sering tertindih di saat tidur.

Ya, Semoga saja deh bisa awet.

Demikian, tulisan tak berfaedah tentang headset baru saya.

Terima kasih sudah membaca 😀